HumasUPNVJ - Ekonomi kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan besar. Ada defisit rumah sakit akibat biaya rumah sakit yang lebih besar daripada biaya klaim INA-CBG
Demikian disampaikan Prof. Dr. A. Heri Iswanto, SKM, MARS., satu dari tiga Guru Besar yang dikukuhkan dalam sidang terbuka pengukuhan di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta, Kamis, 14 September 2023.
Klaim INA-CBG merujuk pada besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur.
Menurut Heri, masalah defisit biaya rumah sakit di Indonesia ini dapat ditangani dengan menggunakan pendekatan Lean Servperf.
"Keunggulan yang sulit ditandingi dari Lean dibandingkan metode lain adalah kebertopangannya yang tinggi pada data kualitatif. Lean menjalankan evaluasi secara kualitatif walaupun solusi-solusi yang diberikannya bersifat standar pada masalah-masalah yang bersifat umum," ucap Heri.
Alat-alat yang umum digunakan untuk membantu menjalankan lean antara lain peta aliran nilai, manajemen visual, diagram Ishikawa, kanban, standarisasi, dan peta proses Kaizen.
Lean yang berorientasi pada data kualitatif dan kreativitas ini memungkinkannya berkontribusi pada masalah-masalah ekonomi kesehatan di Indonesia. Lean memberikan solusi pada masalah defisit rumah sakit akibat biaya rumah sakit. Lean six sigma dapat secara efektif menurunkan tingkat pemborosan yang terjadi di rumah sakit dan menurunkan defisit ini dan bahkan meningkatkan keuntungan.
"Bayangkan, jika kita dapat menerapkan Lean Thinking di semua pusat pelayanan kesehatan di Indonesia, akan ada banyak biaya yang mampu dihemat dan banyak nyawa yang terselamatkan karena ketiadaan kesalahan medis," tutur Heri.
Banyak fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat pertama akan mengalami peningkatan kualitas dan keselamatan dalam proses kerjanya. Sementara itu, fasilitas pelayanan kesehatan rujukan memiliki kinerja mutu yang superior.
Hal ini bukan hanya bermakna bahwa pasien di seluruh penjuru negeri, bahkan ke kawasan terpencil, dapat dilayani dengan baik. Indonesia, kata Heri, bahkan dapat menjadi destinasi pariwisata medis baru yang mengalahkan Singapura, Thailand, dan Malaysia, yang saat ini justru menjadi destinasi tujuan wisatawan medis dari Indonesia untuk mendapatkan pelayanan dan prospek kesembuhan yang lebih baik.
Akhir kata, Heri mengatakan bahwa gambaran mengenai peran Lean Six Sigma dalam menghasilkan rekomendasi perbaikan pada atribut pelayanan yang boros sangat penting untuk meningkatkan efisiensi rumah sakit dan karenanya, meningkatkan kualitas ekonomi kesehatan.
Lean Six Sigma dinilai mampu memberikan solusi peningkatan mutu secara sistematis, efisien, efektif, dan berkelanjutan namun cenderung sederhana dan dapat diterapkan dalam berbagai jenis rumah sakit.
"Skema ini memperbaiki aliran nilai konsumen dan memahami kebutuhan konsumen rumah sakit atau unit tertentu secara spesifik, untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Lean Six Sigma juga mampu bekerja pada masa pandemi seperti telah dibuktikan selama masa Covid-19. Lean Six Sigma adalah bagian penting dari masa depan pelayanan kesehatan kita," tutup Heri.