HumasUPNVJ - Focus Group Discussion (FGD) bertema Penguatan Kampus Bela Negara Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" diselenggarakan di Hotel Novotel Surabaya, Jawa Timur pada Kamis, 4 Juli 2024.
Acara ini diikuti sivitas akademika UPN "Veteran" Jawa Timur, UPN "Veteran" Jakarta (UPNVJ) dan UPN "Veteran" Yogyakarta beserta para pemimpin terdahulunya. Perwakilan dari Kementerian Pertahanan juga hadir dalam pertemuan ini.
Sesuai tema, tujuan FGD ini adalah memperkuat segala sesuatu mengenai konsep serta implementasi Bela Negara dalam kehidupan perkuliahan, masyarakat dan bernegara.
"Diharapkan bisa ada masukan-masukan dari para senior tentang penguatan Bela Negara," ucap Rektor UPN Jatim Akhmad Fauzi selalu pimpinan FGD dalam kata sambutannya.
Salah satu langkah konkret UPN Jatim dalam memperkuat Bela Negara adalah menghadirkan aplikasi bernama Sistem Operasi Bela Negara atau SIOBEL. Aplikasi ini 'memotret' perilaku-perilaku Bela Negara yang ada di sekitar.
Melalui SIOBEL, kata Akhmad, penerapan Bela Negara diharapkan dapat dilakukan semua orang secara sukarela.
Tiga Kampus UPN "Veteran"
Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, mantan rektor UPN Jatim periode 2008-2018, mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan UPN Jatim dan UPNVJ dalam memperkuat Bela Negara. Ia mengatakan bahwa UPN memang berkomitmen tinggi untuk tetap memperkuat Bela Negara.
Sejak pertama dicetuskan sebagai Kampus Bela Negara, UPN telah memberikan pelatihan dasar Bela Negara, bahkan untuk para dosennya.
"Inilah upaya-upaya yang dikerahkan untuk tetap menjaga amanat Kementerian Pertahanan agar ketiga UPN ini sukses sebagai Kampus Bela Negara," ujar Teguh.
"Kita bangun kebersamaan dalam mengimplementasikan Bela Negara guna melahirkan mahasiswa berbela negara, sehingga menjadi agent of change yang sebelumnya tela dipelopori oleh para veteran," sambungnya.
"Kita tetap selalu berkoordinasi antar tiga UPN, dan menentukan standar Bela Nnegara dan apa yang harus diukur. Kita juga perlu meningkatkan kepedulian dalam menindaklanjuti problem-problem nasional," ungkap Teguh.
Mantan rektor UPNVJ periode 2018-2022, Prof. Dr. Erna Hernawati., Ak., CPMA., CA, mencoba mengaitkan antara Bela Negara dengan Indeks Kinerja Utama (IKU). Menurutnya, IKU telah menjadi tantangan yang harus diantisipasi banyak perguruan tinggi, termasuk UPN.
Jangan sampai, lanjut Erna, seorang rektor terlalu memfokuskan pada pencapaian IKU sehingga energinya habis untuk secara konsisten menerapkan nilai-nilai bela negara.
"Kita, khususnya 3 UPN ini, harus lebih melihat lagi model Bela Negara apa yang cocok untuk mahasiswa generasi Z yang tuntutannya berbeda dengan yang dulu. Jadi harus ada pengkajian ulang metode dan substansi Bela Negara," tutur Prof Erna.
Prof. Sari Bahagiarti K. M.Sc, eks rektor UPN Yogyakarta periode 2014-2018, mengusulkan adanya semacam skema bertukar pikiran mengenai penerapan Bela Negara di masing-masing UPN. Dengan begitu, jika ada model penerapan yang dinilai baik di satu UPN, maka bisa coba ditiru atau diadopsi di UPN lainnya.
"Semisal tadi itu SIOBEL, itu baik sekali. Boleh kita tiru jika memang diizinkan," kata Prof Sari.
Formulasi Bela Negara
Dirjen Kekuatan Kementerian Pertahanan Laksda TNI Dr. Bambang Irwanto, MTr(han), CHRMP mengapresiasi apa-apa saja yang sudah dilakukan ketiga UPN dalam penerapan Bela Negara. Ia mengatakan bahwa meski sudah menjadi PTN, UPN tetap harus mempertahankan branding Bela Negara di pola pendidikannya.
Ini dikarenakan nama Veteran dari ketiga UPN berkaitan dengan para pejuang di tengah masyarakat.
"Diharapkan UPN menjadi Agent of Change dan mempengaruhi lingkungan sekitar untuk turut berdampak. Selain itu, dalam konteks menjaga kehidupan bangsa, perguruan tinggi akan menjadi aktor nomor satu," sebut Bambang.
Mengenai formulasi Bela Negara, Bambang mengakui belum ada model standar untuk diterapkan di bidang pendidikan karena masih merupakan refleksi dari dasar-dasar kemiliteran.
"Perlu adanya penelitian mengenai apa standar Bela Negara sekarang, karena selama ini hanya mengacu pada regulasi tahun 2019," ujarnya.