HumasUPNVJ – Dalam seminar bertajuk "Etika Penggunaan AI dalam Penulisan Buku dan Luaran Penelitian," sebagai rangkaia dari Pekan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UPN "Veteran" Jakarta (Pekanlit UPNVJ) 2024 (29/08), Dr. Ide Bagus Saputra, anggota Tim Etika Publikasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta dosen dari Universitas Surabaya, mengungkapkan sejumlah tantangan etis yang muncul seiring dengan penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) di dunia akademik. Seminar ini menarik perhatian akademisi dan peneliti yang ingin memahami bagaimana memanfaatkan AI secara etis dalam penulisan dan publikasi ilmiah.
Dr. Bagus memulai pembahasannya dengan mengangkat fenomena penggunaan AI dalam praktik penulisan yang terkadang berujung pada kasus salin-tempel di beberapa publikasi. Ia mencontohkan artikel yang dihasilkan melalui chatbot seperti ChatGPT yang berjudul A Conversation on Artificial Intelligence, Chatbots, and Plagiarism in Higher Education. Artikel tersebut menyebutkan AI sebagai salah satu penulis, yang di satu sisi bisa dianggap sebagai bentuk kejujuran, tetapi di sisi lain memunculkan pertanyaan apakah etis untuk mencantumkan AI sebagai penulis.
Dalam diskusi yang berlangsung, peserta seminar terbagi pendapat. Sebagian besar menolak ide mencantumkan AI sebagai penulis karena AI dianggap sebagai alat, bukan kontributor intelektual. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pengakuan penggunaan AI dalam proses penulisan diperbolehkan, asalkan dilakukan penyaringan dan klarifikasi lebih lanjut.
Dr. Bagus menyebutkan bahwa salah satu cara untuk mendeteksi teks yang dihasilkan AI adalah dengan menggunakan aplikasi pendeteksi AI lainnya. Beberapa alat deteksi AI terbaik saat ini termasuk Winston AI, Crossplag, dan Writer. Meski demikian, ia menegaskan bahwa belum ada alat yang bisa secara akurat mendeteksi teks yang dihasilkan AI, berbeda dengan plagiarisme yang lebih mudah diidentifikasi dan dibuktikan.
Prinsip dan Etika Penggunaan AI dalam Penulisan Ilmiah
Dalam seminar tersebut, Dr. Bagus menggarisbawahi bahwa meskipun AI dapat berkontribusi besar dalam proses penulisan, AI tidak dapat disebut sebagai penulis. AI hanyalah alat bantu atau metode, dan ketika terjadi kesalahan dalam karya yang dihasilkan AI, tanggung jawab tetap berada pada penulis manusia. Penggunaan AI juga harus sesuai dengan pedoman etika yang berlaku, seperti yang diterapkan oleh penerbit akademis besar, termasuk Elsevier.
Dr. Bagus menekankan pentingnya transparansi dalam penggunaan AI. Setiap penulis yang menggunakan AI harus menyebutkan secara eksplisit AI apa yang digunakan dan untuk tujuan apa. Penulis juga harus bertanggung jawab penuh atas hasil akhir karya mereka.
Nilai Etika dan Potensi Penyimpangan
Dr. Bagus memperkenalkan enam nilai etika yang seharusnya dijadikan pedoman dalam penilaian mandiri terhadap penggunaan AI: Kejujuran, Kepercayaan, Keadilan, Kehormatan, Tanggung Jawab, dan Keteguhan Hati. Penggunaan AI yang melanggar nilai-nilai ini dianggap sebagai penyimpangan etis. Ia juga mengidentifikasi enam jenis penyimpangan ilmiah, yaitu fabrikasi, falsifikasi, plagiarisme, kepengarangan tidak sah, konflik kepentingan, dan pengajuan jamak.
Solusi dan Rekomendasi untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
Dr. Bagus menyoroti pentingnya strategi pencegahan plagiarisme melalui prinsip AKSARA: Aku: mengakui sumber asli; parafraSA: memparafrase dengan bahasa sendiri; integRAsi: mengutip secara langsung. Ia juga memperkenalkan ANJANI (Anjungan Integritas Akademik Indonesia), portal yang disediakan oleh Kemenristekdikti untuk mendukung integritas akademik.
Sebagai penutup, Dr. Bagus menegaskan bahwa meskipun AI memiliki potensi besar dalam memfasilitasi penelitian dan penulisan, penggunaannya harus selalu disertai dengan tanggung jawab dan integritas etis. Seminar ini diharapkan memberikan wawasan kepada para akademisi dan peneliti untuk memanfaatkan AI secara etis dan bertanggung jawab dalam kegiatan akademik mereka.