HumasUPNVJ - Siapa sangka, mahasiswa-mahasiswi UPN Veteran Jakarta banyak yang menjadi atlet berprestasi. Dari sekian banyak itu, salah satunya Adelya, mahasiswi Fakultas Hukum UPNVJ angkatan 2019, selain menjadi mahasiswi yang tekun dibidang akademik, ia juga merupakan atlet profesional yang berhasil memperoleh Medali Perunggu pada cabang olahraga Terbang Layang pada Pekan Olahraga Nasional XX Papua 2021.
PON XX 2021 diselenggarakan di Papua, untuk venue cabang olahraga Terbang Layang dilaksanakan di Timika tepatnya di Bandara Mozes Kilangin. Dalam wawancaranya melalui online dengan tim Humas (11/21), Adelya menjelaskan banyak hal terkait cabang olah raga yang ia ikuti, “Tidak hanya Terbang Layang, cabang olahraga aerosport seperti Gantole, Aeromodelling, Terjun Payung, dan lain-lain juga dilaksanakan di Timika karena memiliki Kawasan yang cukup luas untuk mendarat. Namun untuk Atlet yang berada di Timika tidak dapat mengikuti pembukaan di Jayapura, dikarenakan sudah ada beberapa cabang olahraga yang di pertandingkan sebelum pembukaan. Untuk Terbang Layang sendiri diikuti oleh tujuh kontingen, setiap kontingen memiliki pesawat masing-masing. Pesawat kami disebut Glider, yaitu pesawat tanpa mesin. Dalam cabang olahraga Terbang Layang nomor yang di pertandingkan untuk junior adalah Precision Dual Seater Mix Double dan Duration Dual Seater Mix Double, sedangkan untuk senior adalah Precision Landing Dual / Single Seater Putra Putri dan Duration Flight Dual / Single Seater Putra Putri. Namun karena kondisi cuaca yang tidak menentu dan awan relatif rendah, maka untuk ronde dua ditiadakan untuk mengejar waktu. Pertandingan di mulai pukul 05.00 – 17.30 WIT, namun jika ada jadwal penerbangan komersil dan hujan maka pertandingan di tunda”. Jelas Adelya dengan rinci
Adelya juga banyak menceritakan kisah awal mula ia tertarik dengan olahraga Terbang Layang, “Sebenarnya saya pernah mengalami kegagalan dalam Terbang Layang yang membuat saya sangat terpukul, saat itu saya masih junior tahun 2015 tepat nya saat PON XIX Jawa Barat. Setelah itu, banyak cacian yang saya terima yang justru pada saat itu memotivasi diri saya untuk membuktikan bahwa kerja keras selama saya berlatih akan membuahkan hasil. Tujuan awal saya adalah hanya ingin membuktikan kemampuan saya, bahwa saya bisa dan mampu serta ingin mengharumkan nama DKI Jakarta serta orang tua. Selama latihan terkadang saya pecah fokus nya, yang membuat saya terkadang tidak konsisten. Setelah itu, banyak orang terdekat dan pelatih yang memberi nasihat untuk saya dan mengingatkan mimpi saya sehingga saya bangkit kembali. Alhamdulillah, pada PON XX Papua ini Allah mengizinkan saya untuk bertanding di Papua mewakili DKI Jakarta, ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk membuktikan kemampuan saya dalam nomor senior. Dapat dikatakan bahwa saya adalah peserta termuda dari 7 kontingen dan 65 peserta, senior saya berumur 30 – 60 tahun. Dan pada akhirnya saya dapat melewati semua cacian serta hambatan, dan berhasil membawa perunggu untuk DKI Jakarta”, tuturnya
“Satu tahun sebelum bertanding yaitu pada Desember 2019, saya dan tim melakukan latihan di Lake Keepit, Australia untuk melatih mental serta fisik. Disana kami di latih oleh instruktur dari Australia selama dua minggu. Setelah itu, melakukan latihan setiap Sabtu - Minggu di Lanud Suryadarma Kalijati, Subang selama tujuh bulan dan mempelajarai lebih dalam mengenai cuaca serta pembentukan awan. Selain itu diarahkan oleh ahli gizi serta tim medis selama tiga bulan sebelum keberangkatan, untuk memastikan kondisi tubuh sehat dan juga kuat selama bertanding di Papua. Selain itu membaca kembali teori yang diajarkan mengenai prosedur Terbang dan juga Radio Telephone setiap minggu nya. Selain itu, saya juga menyelesaikan tugas kuliah dan kegiatan lain terlebih dahulu agar saat bertanding hanya fokus pada satu tanggung jawab yaitu PON XX Papua 2021”, ucap Adelya
“Saya bersyukur bergabung ke dalam Terbang Layang yang dikelilingi oleh para senior yang handal, saat saya baru masuk pada tahun 2015, saya hanya di ajak terbang untuk melihat pemandangan dari atas. Setelah itu, saya merasakan ketenangan saat berada di awan, saya bahagia dapat menyentuh awan, saya bersyukur di kelilingi oleh orang-orang pintar yang membuat saya ingin belajar dan mencari tahu apapun itu serta membentuk diri saya menjadi sosok yang percaya dengan kemampuan diri sendiri, mengajarkan saya untuk fokus pada satu titik dan mengabaikan omongan buruk orang lain. Dahulu saya berfikir bahwa lawan terberat saya adalah para senior dari kontingen lain, namun saya menemukan jawaban nya di Terbang Layang ini bahwa lawan terberat adalah diri sendiri. Dimana kita harus menenangkan diri sendiri saat ingin terbang atau bertanding, dan juga mengendalikan diri sendiri untuk sigap dalam kondisi darurat apapun saat penerbangan. Yang dibutuhkan adalah ketenangan, dilatih untuk tetap tenang namun sigap harus bertindak bagaimana jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Disamping itu, terkadang saya bingung harus mengutamakan Terbang Layang atau pendidikan. Dimana dua-duanya adalah tanggung jawab yang memang saya pilih sejak awal, saya harus berjuang untuk diri sendiri menuntut ilmu dan juga harus berjuang untuk DKI Jakarta. Namun Alhamdulillah, sejak SMP pihak sekolah maupun universitas memahami bahkan mendukung jika saya memohon dispensasi untuk menyelesaikan urusan Terbang Layang. Walau terkadang merasa berantakan tidak terkendali, tapi pada akhirnya semua selesai satu persatu. Saya percaya bahwa semua adalah jalan untuk saya dari Allah, saya mampu untuk melewati. Ini semua jalan untuk membawa saya menuju kedewasaan serta kebahagiaan. Selain itu karena tempat latihan kami sudah pindah ke Subang, dimana setiap Jum’at-Minggu harus ke luar kota untuk latihan dan Senin-Jum’at tetap mengikuti perkuliahan. Kami merasa waktu latihan terbatas dan juga tidak diberikan kesempatan untuk test flight mengenal medan di Bandara Mozes Kilangin untuk para Atlet yang bertanding. Namun Alhamdulillah, kami diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Bapak Anies Baswedan untuk meminta lapangan agar tidak jauh latihan nya serta memiliki hangar sendiri untuk pesawat DKI Jakarta”, lanjutnya
“Harapan saya yaitu semoga diri saya bisa lebih dewasa menghadapi situasi apapun serta percaya dengan kemampuan diri sendiri. Selain itu, ingin mengembangkan olahraga terbang layang agar para remaja tertarik untuk bergabung menjadi Atlet Terbang Layang dan mengangkat nama club Portela Jaya serta DKI Jakarta. Intinya adalah, melahirkan remaja yang berkualitas. Selain itu mendapatkan hasil yang lebih baik, membawa pulang medali sebanyak-banyak nya untuk DKI Jakarta. Saya harap Terbang Layang dapat berkembang kembali dan menjunjung tinggi sportivitas dalam olahraga. Pesan untuk teman-teman yang lain, setiap orang sudah diberikan porsi nya masing-masing. Maksudnya adalah, setiap anak itu istimewa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Jangan putus asa dan rendah diri jika melihat orang lain selangkah lebih maju, justru kita harus jadikan semangat agar kita bisa berada di posisi yang sama bahkan lebih. Musuh terberat adalah diri sendiri, kamu harus paham dengan diri sendiri. Apa yang menjadi penghambat diri mu, kamu harus lawan dan keluar dari zona nyaman. Saya sering merasakan kekalahan, maka dari itu saya terus berusaha serta berlatih agar saya tidak jatuh kembali di posisi kekalahan. Karena kalah itu tidak enak, apalagi kalah melawan diri sendiri. Harus optimis dan juga semangat, kalau belum menang sekarang, bangkit lagi, semua butuh proses, percaya deh kalau kamu berhasil menang, kamu akan mengingat proses kegagalan yang kamu lewati dan menangis Bahagia bahwa mampu membawa diri sampai ke titik yang diinginkan”, tutupnya penuh harap.