HumasUPNVJ - Universitas Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) melalui Pusat Kewarganegaraan dan HAM UPNVJ menggelar kuliah umum bersama dua aktivis HAM asal Swedia yang ingin mengampanyekan mengenai apa yang sedang terjadi di Sahara Barat.
Kedua aktivis tersebut adalah Sanna Ghotbi dan Benjamin Ladraa, kedua aktivis ini menamai diri mereka sebagai Solidarity Rising. Keduanya melakukan aksi bersepeda keliling dunia guna menyebarkan informasi mengenai penjajahan yang kini sedang dilakukan Israel di Sahara Barat, Afrika. Selama lebih dari setahun Sanna dan Benjamin melakukan aksi bersepeda dari satu negara ke negara lain. Negara yang sudah mereka kunjungi antara lain, Jepang, Inggris, Korea, dll.
Acara ini berlangsung pada Kamis (29/2) melalui video conference Zoom dan disiarkan secara langsung pada channel Youtube Pusat Kewarganegaraan dan HAM UPNVJ dan dihadiri 89 peserta yang meliputi dosen dan mahasiswa UPNVJ serta kampus lain dari dalam negeri dan luar negeri.
“Saya berharap kuliah umum ini bisa membuka mata mahasiswa dan mereka bisa merefleksi diri dengan adanya kasus di palestina juga ada kasus ini, sehingga mahasiswa juga tahu dan mungkin mereka fikir negara tersebut tidak ada persoalan sehingga ada kasus nyata yang Saya mau kasih tahu mereka (mahasiswa) sehingga dengan hal tersebut mereka bisa menganalisis” ujar Dr. Sri Lestari Wahyuningroem Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dan dosen UPNVJ saat ditemui.
Dalam kesempatan ini, Sanna menceritakan Sahara Barat merupakan wilayah yang diduduki oleh Maroko sejak tahun 1975. Maroko dalam hal ini bersekutu dengan Israel karena Israel dan Amerika Serikat mengakui pendudukan Maroko atas Sahara Barat. Sebagai bentuk imbalan, Maroko juga turut mendukung pendudukan Israel atas Palestina
Ia juga menceritakan Sahrawi, sebutan bagi orang Sahara Barat, kini mengungsi di kamp pengungsian di gurun-gurun Aljazair serta bertahan hidup dengan bergantung penuh pada bantuan kemanusiaan.
Benjamin mengatakan, orang Sahrawi kerap menjadi korban pelanggaran HAM berat ketika berupaya menuntut keadilan. Mereka juga tidak mendapat akses terhadap hak kesehatan dan pedidikan.
“Penjajahan yang dilakukan Maroko kepada Sahara Barat menimbulkan banyak penduduk asli Sahara Barat menjadi korban pelanggaran HAM berat. Mereka dipukuli dan ditahan jika melakukan demonstrasi, bahkan tidak sedikit perempuan menjadi korban pelecehan seksual oleh polisi dan militer Maroko. Para penduduk Sahara Barat juga kesulitan mendapat akses kehidupan yang layak, sebab selama ini mereka hanya bergantung pada bantuan kemanusiaan” kata Benjamin.
Dalam pelaksanaannya dilakukan pemutaran film dokumenter 3 Stolen Cameras. Film ini menggambarkan bagaimana para jurnalis dan organisasi HAM dilarang meliput dan memasuki wilayah koloni.
*(ans/HumasUPNVJ)