Wakil Ketua MPR: Bangsa Besar yang Punya Falsafah Sendiri

Kompas_TV._WhatsApp_Image_2022-09-21_at_4.09.28_PM.jpeg

HumasUPNVJ - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengatakan tidak ada bangsa di dunia yang bisa menjadi besar bila tidak memiliki falsafah bangsanya sendiri, sehingga Pancasila akan tetap relevan di tengah perkembang teknologi digital.

"Bila Pancasila digantikan dengan yang lain belum tentu cocok. Sudah ada contoh negara lain yang mengganti falsafah bangsanya, kemudian gagal," kata Basarah dalam Seminar Pancasila 2022 Series 3 Semangat Pancasila untuk Dunia "Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Optimasi Perekonomian Rakyat" yang merupakan kerja sama Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta dengan Kompas TV dan BPIP di Auditorium Bhinneka Tunggal Ika Kampus UPNVJ Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rabu (21/9/2022).

Basarah mengatakan bila Indonesia ingin menjadi bangsa yang besar, maka harus terus memegang teguh Pancasila. Pancasila adalah falsafah bangsa Indonesia, bukan karangan atau ciptaan para pendiri bangsa.

"Bung Karno sendiri menolah disebut sebagai pencipta Pancasila. Menurut Bung Karno, dia hanya menggali karena Pancasila sudah hidup dalam pati sari bangsa Indonesia sejak lama," tuturnya.

Staf Khusus Bidang Hukum, Pengawasan Koperasi, dan Pembiayaan Kementerian Koperasi, Usaha, Kecil, dan Menengah Agus Santoso mengatakan perlu ada kehadiran negara untuk membuat kebijakan ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan falsafah Pancasila.

Menurut Agus, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia sangat banyak. Agar usaha mereka dapat "naik kelas", negara harus hadir membuat kebijakan yang berpihak pada ekonomi kerakyatan.

"Kalau pelaku usaha dibiarkan berusaha sendiri tanpa ada dukungan dari negara, tentu akan perlu waktu lama bagi mereka untuk bisa 'naik kelas'. Usaha bersama, itu adalah prinsip Pancasila," katanya.

Figur publik yang juga pelaku UMKM Meisya Siregar mengaku bersyukur dengan kemajuan teknologi digital. Menurut dia, saat mengembangkan usahanya dulu, lokapasar atau marketplace seperti saat ini.

"Kita bersyukur saat ini teknologi digital sudah banyak kemajuan. Berusaha saat ini bisa menggunakan e-commerce yang sistemnya mudah dipelajari," katanya.

Meisya juga dibantu anaknya dalam memasarkan jualannya melalui media sosial. Anaknya yang memberikan saran untuk memasarkan produk memanfaatkan konten media sosial yang mudah viral.

"Kalau anggaran kita minim, kita harus melek teknologi. Itu modal awal untuk berusaha," ujarnya.

Contoh penggunaan teknologi digital untuk membantu UMKM adalah eTani, yang didirikan oleh Ikon Pancasila 2019 Davyn Sudirdjo. Platform eTani menghubungkan petani denga   supermarket sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak.

"Saya membangun eTani pada 2016. Mulanya saya menemukan petani sangat bergantung pada tengkulak. Rantai distribusi dari petani sampai ke produsen sangat panjang, sehingga petani hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit.

Sementara itu, Rektor UPNVJ Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak, CPMA, CA mengatakan UPNVJ sebagai Kampus Bela Negara merasa relevan dengan Seminar Pancasila. Apalagi, bila Pancasila dikaitkan dengan pemanfaatan teknologi digital.

"Pandemi Covid-19 mendorong penggunaan teknologi digital yang masif. Teknologi dapat berdampak positif maupun negatif. Informasi tanpa batas yang diakses menggunakan teknologi digital dapat menggeser budaya luhur bangsa," katanya.

Kompas_TV._WhatsApp_Image_2022-09-21_at_4.09.29_PM.jpeg

Berita Sebelumnya

Try Sutrisno: UPNVJ Bisa Ambil Peran dalam Kemajuan Teknologi Digital

Berita Selanjutnya

UPNVJ Lantik 1.840 Wisudawan dalam Wisuda ke-69