HumasUPNVJ – Guru besar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Prof. Dr. Acim Heri Iswanto mengatakan nilai-nilai Bela Negara harus dikembangkan di era Society 5.0 agar patriotism Indonesia menghasilkan Bela Negara yang tidak berdampak negatif.
“Studi-studi empiris dan praktis pada dasarnya memeriksa dampak-dampak patriotisme pada berbagai bidang dan level. Studi menunjukkan ada banyak dampak positif, tetapi ada pula sejumlah dampak negatif,” kata Acim dalam orasi ilmiah yang disampaikan pada Sidang Terbuka Universitas dalam rangka Dies Natalis ke-45 UPNVJ yang diadakan di Auditorium Bhinneka Tunggal Ika, Kampus UPNVJ Pondok Labu, Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Acim mengatakan sejumlah penelitian menemukan patriotisme berdampak positif, yaitu mendorong masyarakat lebih taat membayar pajak, berpartisipasi dalam politik, dan solidaritas.
Patriotisme yang konstruktif membuat masyarakat lebih kooperatif dan simpatik terhadap negara lain dan mendukung keberadaan bersama dalam damai serta saling menyayangi antarbangsa. Patriotisme juga berdampak positif bila diarahkan untuk bersama-sama menumbuhkan ekonomi bangsa.
“Secara negatif, patriotisme dikritik membawa pada sikap yang kurang egaliter dan cenderung kurang mendukung kesetaraan pendapatan. Patriotisme juga membuat orang kadang kurang aktif berpartisipasi pada bentuk aktivitas politik yang nonkonvensional atau menoleransi minoritas,” tuturnya.
Selain itu, patriotisme buta juga dapat menghasilkan penolakan pada universalisme, bahkan dapat mengarah pada penghancuran diri sendiri secara kolektif dalam peperangan.
“Sebenarnya temuan-temuan di atas masih inkonsisten dan inkonklusif, menandakan bahwa patriotisme sangat terkait pada konteks. Di sinilah letak urgensi bagi kita semua untuk mengimplementasikan Bela Negara untuk abad XXI dan seterusnya, khususnya di era society 5.0,” jelasnya.
Acim mengatakan society 5.0 ditandai dengan situasi di mana platform siber dan fisik berintegrasi dan manusia memegang peranan penting. Peradaban manusia telah melewati empat tahapan sosial yang berkaitan erat dengan revolusi industri yang telah mencapai revolusi keempat, yaitu era masyarakat berburu, era masyarakat petani, era masyarakat industri, dan era masyarakat informasi.
“Selanjutnya, Society 5.0 adalah masyarakat super pintar, yang berpotensi membawa kita pada pencapaian besar seperti menciptakan kesejahteraan, mengakhiri kemiskinan, dan juga melindungi planet bumi. Namun, ia juga membawa sejumlah ancaman yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara,” katanya.