HumasUPNVJ - Alya Zahra Sabira, Mahasiswa S1 Hubungan Internasional angkatan 2023 di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta terpilih sebagai delegasi UNICEF untuk mengikuti proses COP28 dari 3 Desember 2023 hingga 10 Desember 2023.
KTT Para Pihak ke-28 (COP28) dari Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) telah berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, dengan pemimpin global dan perwakilan berkumpul untuk menangani isu-isu krusial terkait perubahan iklim.
KTT ini menandai langkah signifikan dalam upaya berkelanjutan untuk melawan dampak perubahan iklim dan membuka jalan menuju masa depan yang berkelanjutan. Anak muda adalah sumber kekuatan yang tak terbatas dalam upaya menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Mereka adalah agen perubahan yang berani, membawa semangat segar, dan perspektif baru ke dalam dunia advokasi.
Peran pemuda dalam advokasi bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan; ini adalah dorongan penting dalam memajukan isu-isu sosial yang penting bagi masyarakat global.
Partisipasi Alya di COP28 ditandai oleh keterlibatan aktifnya dalam diskusi, sesi dialog, dan pertemuan tingkat tinggi yang membahas tantangan-tantangan berbagai aspek terkait perubahan iklim. Komitmennya adalah menciptakan solusi berkelanjutan dan advokasi untuk keadilan iklim.
Alya mendapatkan kesempatan berharga untuk berdialog secara substansial dengan Kitty van der Heijden, Wakil Direktur Eksekutif Kemitraan UNICEF. Dialog ini berfokus pada hubungan kompleks antara negosiasi iklim dan dampaknya pada anak-anak, menekankan peran tak tergantikan suara pemuda dalam membentuk kebijakan iklim global.
Selain itu, Alya menjadi pembicara pada sesi "Climate Survival Kit for Children," di mana dirinya berbagi wawasan bersama advokat iklim dari Australia di Pavilion Pemerintah Australia. Sesi ini menyoroti tantangan iklim mendesak yang dihadapi oleh anak-anak di seluruh dunia, terutama di Indonesia dan Australia, menegaskan kebutuhan mendesak untuk memperhatikan anak-anak sebagai kelompok rentan dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan.
“Anak-anak di Asia Timur dan Pasifik mengalami berbagai bencana terkait iklim yang seringkali tumpang tindih. Hal ini menempatkan anak-anak, generasi masa depan, dalam situasi yang sangat rentan,” ujar Alya.
“Diperlukan pendekatan yang lebih sensitif terhadap anak-anak dalam pembiayaan dan ACE (Action for Climate Empowerment) untuk memberikan anak-anak lebih banyak ruang partisipasi yang bermakna dan inklusif dalam pengambilan keputusan terkait iklim. Dengan melakukan hal ini, pendidikan iklim bagi anak-anak menjadi sangat mendesak,” sambungnya.
Kehadiran Alya di COP28 menekankan pentingnya keterlibatan pemuda dalam mengatasi perubahan iklim dan dampaknya pada populasi yang rentan. Pengalaman dan wawasan yang diperolehnya selama konferensi berkontribusi pada dialog global yang terus berlangsung mengenai aksi iklim, pembangunan berkelanjutan, dan peran kritis pemuda dalam membentuk masa depan yang tangguh.