Beberapa bulan berlalu sejak Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia. Kasus-kasus baru terus bermunculan dan sudah banyak orang yang menjadi korban. Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda akan berakhir dalam waktu dekat ini. Sudah banyak sekali cara yang digunakan dalam menangani penyebarannya, mulai dari pembuatan kebijakan kepatuhan masyarakat, pembuatan protokol kesehatan, dan upaya pembuatan vaksin, tetapi masih belum bisa terselesaikan sampai sekarang. Pada tanggal 22 september 2020, dilaporkan bahwa jumlah kasus corona di Indonesia sudah mencapai 248.852 dengan 9.677 kasus meninggal. Sedangkan, jumlah kasus pasien yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 180.797 orang (BNPB, 2020).
Seiring bertambahnya jumlah kasus, rumah sakit rujukan Covid-19 sudah mulai kewalahan karena keterbatasan fasilitas dan SDM yang dimilikinya. Hal yang paling ditakutkan adalah ketika kapasitas pasien di RS sudah penuh sehingga tidak lagi bisa menerima pasien untuk mendapatkan pelayanan secara layak. Di Jakarta, tepatnya pada tanggal 11 September 2020, tercatat total ada 727 tempat tidur ICU di 67 rumah sakit rujukan COVID-19. Namun, sudah terpakai sebanyak 460 tempat tidur. Kemudian, tersedia 5.314 tempat tidur di ruang isolasi namun sudah terpakai 3.151 tempat tidur di 67 rumah sakit rujukan COVID-19 (Liputan 6, 2020). Selain masalah itu, meninggalnya banyak tenaga kesehatan terutama perawat juga memberikan dampak yang luas. Karena, jumlah kasus yang terus bertambah akan membuat tenaga kesehatan semakin bertambah beban kerjanya, terlebih jika harus kekurangan tenaga profesional keperawatan.
Mahasiswa sebagai golongan orang terpelajar memiliki banyak peran yang bisa mereka lakukan. Peran tersebut diantaranya sebagai agent of change dan social of control. Mahasiswa juga bisa menjadi golongan yang membantu dalam proses penangana Covid-19 terutama bagi mahasiswa keperawatan. Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan tindakan promotif dan preventif kepada masyarakat agar memiliki pemahaman yang baik terkait keadaan pandemi saat ini. Partisipasi yang diberikan mahasiswa keperawatan ini sedikit banyaknya akan dapat meringankan beban para perawat. Selain itu, mahasiswa keperawatan juga bisa merasakan perjuangan profesinya yang saat ini berjuang sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien Covid-19.
Salah satunya, Muhamad Alfian mahasiswa S1 Keperawatan yang menggunakan kesempatan di kala pandemi untuk tetap produktif dengan cara mengikuti lomba E-Speech. E-Speech merupakan sarana bagi mahasiswa keperawatan untuk menuangkan gagasan berdasarkan pola pikir kritis melalui penyusunan essay dan speech berupa orasi dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kegiatan ini diselenggarakan pada bulan Oktober kemarin.
Selanjutnya, yang bisa dilakukan mahasiswa keperawatan dalam memberikan kontribusinya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yaitu melalui program-program yang disediakan oleh Kemendikbud RI seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Program Holistik Pembinaan dan pemberdayaan Desa (PHP2D). Kedua program ini merupakan program yang ditujukan agar mahasiswa mampu menjalankan perannya dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan dan Pengajaran; Penelitian dan Pengembangan; Pengabdian kepada Masyarakat. Hal ini bisa menjadi kesempatan bagi mahasiswa keperawatan untuk membuat program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Melalui program ini, mahasiswa akan mendapatkan dukungan lebih dalam memberikan kontribusinya pada masyarakat, terkhusus dalam membentuk kesadaran masyarakat terhadap Covid-19. (Laporan, Muhammad Alfian)