HumasUPNVJ – Isu kependudukan di Indonesia hingga saat ini masih menjadi perbincangan yang membutuhkan perhatian lebih. Berkaitan dengan hal ini, UPN “Veteran” Jakarta (UPNVJ) dengan bangga menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan kegiatan Koordinasi dan Sosialisasi Kependudukan Indonesia (17/05). Kegiatan yang bertempat di Gedung Auditorium ini merupakan hasil kolaborasi dengan Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI).
Pada kesempatan ini, Sonny Harry B. Harmadi selaku Ketua Umum KKI memberikan wawasan kepada para peserta sosialisasi yang terdiri dari pimpinan UPNVJ dan anggota KKI itu sendiri serta beberapa karyawan UPNVJ. Sonny memaparkan pemikirannya mengenai tantangan kependudukan Indonesia dan global.
Sosialisasi diawali dengan menjelaskan proyeksi penduduk Indonesia. Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015-2045, jumlah pendudukan Indonesia tahun 2045 sebanyak 318,96 juta jiwa. Dengan luas daratan Indonesia sebesar 1,9 juta km2 maka kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 168 jiwa/km2. Selama 2015-2045 rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 0,74 persen per tahun.
Hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan berdasarkan sensus penduduk P2020, jumlah penduduk Indonesia pada September 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa. Kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 141 jiwa/km2 pada luas daratan Indonesia yang sebesar 1,9 juta km2. Namun sejak 1961 hingga 2020, rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami penurunan. Selama 2010-2020 rata-rata laju pertumbuhan bahkan mencapai angka 1,25 persen.
Lebih lanjut lagi, jumlah penduduk menurut provinsi di Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan jumlah penduduk tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 48,27 juta orang. Sedangkan yang terendah di Provinsi Kalimantan Utara sebesar 0,70 juta orang.
Jika dilihat berdasarkan rasio jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki sesuai hasil sensus penduduk 2020 sebesar 50,58 persen atau sebanyak 136,56 juta jiwa. Angka ini lebih besar dibanding penduduk wanita yaitu 49,92 persen atau sebanyak 133,54 juta jiwa.
Sonny menyinggung salah satu alasan menarik di balik ketimpangan rasio ini. Mengutip dari penjelasannya, faktor kebudayaan ikut andil dalam hal ini. Ternyata adanya kebutuhan dari suatu budaya tertentu untuk mempertahankan marga membuat sebuah keluarga lebih menginginkan anak laki-laki.
Melalui diskusi ini diketahui pula bajwa struktur umur penduduk Indonesia didominasi oleh generasi milennial dan generasi Z dengan masing-masing presentasi 25,87 persen dan 27,94 persen.
Mengacu pada hasil sensus penduduk 2020, Sonny melaporkan proyeksi Total Fertility Rate (TFR) (atau yang disebut juga sebagai Angka Kelahiran Total) Indonesia Tahun 2020-2050. TFR merupakan jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan selama masa reproduksinya. Indonesia saat ini sudah mencapai tahap replacement level bahkan akan mencapai angka di bawah 2.00. Hal ini mengartikan bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mengalami penurunan nantinya.
Angka kelahiran yang dibiarkan turun drastis akan menimbulkan masalah. Keseimbangan penduduk usia muda dan usia tua nantinya akan terganggu.
Banyaknya anak yang dilahirkan ini tentunya berkaitan dengan angka kelahiran total. Jika mengikuti skenario tren, maka untuk 20 tahun kedepan, TFR Indonesia dapat berada di bawah angka 2 (yaitu 1,97 di 2040). Apabila mengikuti kebijakan pemerintah Indonesia dapat mempertahankan TFR di angka 2.00.
Implikasi dari proyeksi penduduk ini yaitu periode bonus demografi Indonesia dapat memanjang apabila TFR dapat dipertahankan di angka 2.1. Bonus demografi di Indonesia akan terus berlanjut hingga 2040.
Bonus Demografi adalah Modal Pembangunan Nasional
Bonus demografi merupakan potensi manfaat ekonomi yang disebabkan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar. Dikatakan berhasil dimanfaatkan apabila Indonesia mampu mentransformasi bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan.
Bonus demografi ini ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan di bawah angka 50. Indonesia akan berada dalam bonus demografi selama periode 2012-2040. Puncaknya akan terjadi pada 2020-2040.
Periode emas ini tentunya sangat menguntungkan bagi pembangunan regional Indonesia dengan syarat terdapat generasi muda yang berkualitas tinggi dengan didukung lapangan pekerjaan dan investasi.
PBB memproyeksikan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di China (salah satu pusat aktivitas industri manufaktur dunia) akan turun secara signifikan dari satu miliyar (2010) menjad 849 juta orang (2050). Aktivitas produksi akan bergeser ke negara berkembang yang memiliki banyak tenaga kerja. Negara maju kemungkinan akan membuka keran migrasi masuk untuk memenuhi kebutuhan pekerja.
Kondisi ini menjadi peluang bagi Indonesia yang mana masih menghadapi masalah produktivitas. Sementara itu di Amerika Serikat ada kesulitan menemukan pekerja yang berkualitas akibat hanya 15 persen lulusan pendidikan tingginya mengambil bidang STEM (science, technology, engineering, dan mathematics).
Melihat peluang tersebut, upaya yang ditawarkan Sonny agar diterapkan di Indonesia yaitu:
- Jika Indonesia ingin menjadi pilihan relokasi industri, pendidikan di Indonesia harus mencetak banyak lulusan berkualitas di bidang STEM.
- Memperluas mitra kerja sama ekonomi global.
- Indonesia harus membangun kota berdaya saing tinggi dan efisien bagi lokasi industri.
- Mempertimbangkan pengembangan ekosistem digital dan inovasi perkotaan.
Sebagai perguruan tinggi, UPNVJ juga berpeluang ikut serta dalam mewujudkan hal ini. UPNVJ mungkin dapat mempertimbangkan untuk menyediakan fasilitas belajar di bidang STEM demi mendukung terselengaranya upaya pada poin pertama.